Kebutuhan Eliminasi Fekal
Hasil
wawancara terhadap 20 orang yang dirawat di rumah sakit rata rata pasien
mengalami gangguan eliminasi fekal. Pasien menyatakan tidak buang air besar
setiap hari, salah satu yang menjadi alasannya pasien merasa malu jika pasien buang
air besar dirumah sakit. Hal ini terjadi karena pasien berada disatu ruangan
dengan pasien yang lain yang tidak mereka kenal khususnya pasien pasien yang
dirawat diruang kelas 2 dan kelas 3 yang dihuni lebih dari empat tempat tidur
setiap kamarnya.
Eliminasi
fekal tidak lepas dari fungsi usus yang dimulai dari usu halus, usu besar dan
organ asesoris pencernaan lainya. Selama fungsi usus tersebut baik maka pola
eliminasi menjadi baik meskipun ada factor- factor lain yang mempengaruhinya.
Fungsi
eliminasi fekal tergambar dari proses defekasi. Defekasi adalah proses pengosogan
usus dari sampah hasil proses pencernaan yaitu menghasilkan feses. Feses
tersusun dari 75% air dan 25% padat. Proses defekasi terjadi karena terdapat
dua reflex yaitu reflex intrinsic dan reflex ekstrinsik. Proses defekasi
dimulai dari terdapatnya feses dalam rectum yang menyebabkan distensi. Kemudian
merangsang gerak peristaltic usus untuk mengeluarkan feses yang membuka
sphincter internal dan sphincter eksternal relaksasi secara volunter. Tekanan
dihasilkan oleh otot otot abdomen pada saat terjadinya defekasi.
Defekasi
dapat dipengaruhi oleh banyak factor yaitu usia, diet, asupan cairan, tonus
otot, gaya hidup dan kebiasaan, factor psikologis, medikasi, penyakit, nyeri, kerusakan
sensori dan motoris, pembedahan dan anastesi, serta pemeriksaan diagnostic.
Pada
bayi belum mengetahui atau mengendalikan defekasi sehingga defekasi langsung,
berbeda dengan lansia pengurangan pengendalian defekasi karena secara
degeratif mengalami penurunan fungsi
dari sejumlah organ tubuh. Factor diet bisa kita bedakan antara factor berapa
banyak makanan yang dikonsumsi dan jenis makanan yang dikonsumsi. Secara
fisiologis makan banyak makanan yang dimakan maka akan banyak feses yang
dihasilkan dan meningkatkan frekuensi defekasi, dari jenis makanana dibedakan
jenis makanan yang mempermudah proses defekasi atau menyebabkan sulit defekasi
sama halnya dengan factor cairan. Tonus otot yang baik akan menghasilkan
gerakan peristaltic yang baik dapat mempermudah defekasi.
Gaya
hidup dan kebiasaan termasuk kebiasaan mengkomsumsi jenis obat obatan dapat
mempengaruhi proses defekasi, dari beberapa jenis obat ada yang menyebabkan
efek samping konstipasi atau diare. Kondisi cemas dan ketakutan dapat meningkatkan
system saraf parasimpatis yang menyebabkan meningkatnya peristaltik usus dan
motilitas usus yang menyebabkan diare atau konstipasi.
Masalah
yang muncul pada kebutuhan dasar defekasi yaitu :
1.
Risiko konstipasi
2.
Konstipasi
3.
Konstipasi fungsional kronis
4.
Risiko konstipasi fungsional kronis
5.
Persepsi konstipasi
6.
Diare
7.
Disfungsi motilitas gastrointestinal
8.
Risiko disfungsi gastrointestinal
9.
Inkontinensia defekasi
“Setiap proses dapat menghasilkan sampah, dan
tempatkan sampah sebagaimana harus ditempatkan. (Teten Rustendi)”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar