Rabu, 13 Juni 2018

Kebutuhan Dasar Eliminasi Urin


 Kebutuhan Dasar Eliminasi Urin

Kebutuhan miksi atau eliminasi urin melibatkan organ-organ sistem perkemihan. Dimulai dari ginjal, uereter, vesika urinaria dan uretra.   Berfungsi mengeluarkan sisa metabolism dari sel tubuh. Dalam proses pembentukan urin zat zat yang dibutuhkan tubuh akan diserap kembali seperti glukosa dan protein. Sehingga zat zat tersebut tidak ditemukan dalam urin. Jika terdapat dalam urin maka indikasi adanya kerusakan dalam fungsi organ perkemihan. Proses pembentukan urin dimulai dari filtrasi, reabsorbsi dan augmentasi (pengumpulan).
Sembilan factor yang mempengaruhi proses eliminasi yaitu :
1.    Asupan cairan
Banyak atau sedikitnya intake cairan yang dikonsumsi akan mempengaruhi banyak atau sedikitnya urin yang dihasilkan yang dapat juga merubah pola berkemih pasien.
2.    Pertumbuhan dan perkembangan
Urin yang dihasilkan anak kecil akan berbeda dengan yang dihasilkan oleh orang dewasa. Hal ini berkaitan dengan berat badan seseorang. Makin berat dari berat badan pasien, makin banyak urin yang dihasilkan. Berbeda dengan lansia yang mengalami peningkatan frekeunsi dan adanya residu dikandung kemih
3.    Kebiasaan dan gaya hidup
Kebiasaan dimana seseorang buang air kecil mempengaruhi pola pasien untuk buang air kecil. Contoh orang yang biasa buang air kecil di toilet bersih mereka tidak mau jika toleitenya kotor, atau yang biasa pake closet jongkok akan merasa tidak nyaman jika harus bak di closet duduk, dan lain sebagainya
4.    Stress spikologis
Stress dapat menyebabkan proses miksi meningkat, hal ini dikarenakan peningkatan sensitivitas untuk berkemih.
5.    Kekuatan otot
Pada proses eliminasi melibatkan otot otot yaitu otot abdomen, otot kandung kemih dan otot pelvis. Fungsi ketiganya normal maka proses untuk eliminasi juga normal. Jika terdapat salah satunya gangguan dapat menyebabkan retensio atau inkontinensia. Kekuatan otot makin baik jika olahraga atau aktivitas secara teratur.
6.    Medikasi
Obat obatan tertentu dapat meningkatkan pengeluaran urin, seperti obat obatan diuretic dan obat obatan sejenisnya
7.    Kondisi sakit
Kondisi penyakit tertentu dapat merubah frekuensi miksi bisa meningkatkan atau mengurangi, contoh pada pasien demam frekuensi miksi berkurang karena pasienya banyak kehilangan cairan melalui penguapan, sementara penyakit diabetes mellitus dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil
8.    Pembedahan
Efek anastesi dapat menyebabkan retensin urin khususnya pasien pasien dengan dilakukan spinal anastesi
9.    Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagonstik seperti BNO IVP mengurangi intake cairan karena diperlukan persiapan puasa, sehingga intake berkurang.
Secara umum gangguan elminasi urin dibagi dua yaitu inkontinensia dan retensio urin. Inkontinensia yaitu suatu kondisi pasien tidak dapat mengontrol buang air kecil. Retensio urin yaitu sutau kondisi dimana pasien tidak mampu mengeluarkan urin karena tertahan.  
Inkonteinensia urin dapat dibedakan menjadi :
1.    Inkontinensia fungsional
2.    Inkontinensia reflex
3.    Inkontinensia stress
4.    Inkontinensia urgensi
5.    Inkontinensia total
“Dua hal yang dihasilkan dalam suatu proses yaitu manfaat dan akibat.( Teten Rustendi)”

Selasa, 12 Juni 2018

Kebutuhan Eliminasi Fekal


Kebutuhan Eliminasi Fekal

Hasil wawancara terhadap 20 orang yang dirawat di rumah sakit rata rata pasien mengalami gangguan eliminasi fekal. Pasien menyatakan tidak buang air besar setiap hari, salah satu yang menjadi alasannya pasien merasa malu jika pasien buang air besar dirumah sakit. Hal ini terjadi karena pasien berada disatu ruangan dengan pasien yang lain yang tidak mereka kenal khususnya pasien pasien yang dirawat diruang kelas 2 dan kelas 3 yang dihuni lebih dari empat tempat tidur setiap kamarnya.
Eliminasi fekal tidak lepas dari fungsi usus yang dimulai dari usu halus, usu besar dan organ asesoris pencernaan lainya. Selama fungsi usus tersebut baik maka pola eliminasi menjadi baik meskipun ada factor- factor lain yang mempengaruhinya.
Fungsi eliminasi fekal tergambar dari proses defekasi. Defekasi adalah proses pengosogan usus dari sampah hasil proses pencernaan yaitu menghasilkan feses. Feses tersusun dari 75% air dan 25% padat. Proses defekasi terjadi karena terdapat dua reflex yaitu reflex intrinsic dan reflex ekstrinsik. Proses defekasi dimulai dari terdapatnya feses dalam rectum yang menyebabkan distensi. Kemudian merangsang gerak peristaltic usus untuk mengeluarkan feses yang membuka sphincter internal dan sphincter eksternal relaksasi secara volunter. Tekanan dihasilkan oleh otot otot abdomen pada saat terjadinya defekasi.
Defekasi dapat dipengaruhi oleh banyak factor yaitu usia, diet, asupan cairan, tonus otot, gaya hidup dan kebiasaan, factor psikologis, medikasi, penyakit, nyeri, kerusakan sensori dan motoris, pembedahan dan anastesi, serta pemeriksaan diagnostic.
Pada bayi belum mengetahui atau mengendalikan defekasi sehingga defekasi langsung, berbeda dengan lansia pengurangan pengendalian defekasi karena secara degeratif  mengalami penurunan fungsi dari sejumlah organ tubuh. Factor diet bisa kita bedakan antara factor berapa banyak makanan yang dikonsumsi dan jenis makanan yang dikonsumsi. Secara fisiologis makan banyak makanan yang dimakan maka akan banyak feses yang dihasilkan dan meningkatkan frekuensi defekasi, dari jenis makanana dibedakan jenis makanan yang mempermudah proses defekasi atau menyebabkan sulit defekasi sama halnya dengan factor cairan. Tonus otot yang baik akan menghasilkan gerakan peristaltic yang baik dapat mempermudah defekasi.
Gaya hidup dan kebiasaan termasuk kebiasaan mengkomsumsi jenis obat obatan dapat mempengaruhi proses defekasi, dari beberapa jenis obat ada yang menyebabkan efek samping konstipasi atau diare. Kondisi cemas dan ketakutan dapat meningkatkan system saraf parasimpatis yang menyebabkan meningkatnya peristaltik usus dan motilitas usus yang menyebabkan diare atau konstipasi.
Masalah yang muncul pada kebutuhan dasar defekasi yaitu :
1.         Risiko konstipasi
2.         Konstipasi
3.         Konstipasi fungsional kronis
4.         Risiko konstipasi fungsional kronis
5.         Persepsi konstipasi
6.         Diare
7.         Disfungsi motilitas gastrointestinal
8.         Risiko disfungsi gastrointestinal
9.         Inkontinensia defekasi
“Setiap  proses dapat menghasilkan sampah, dan tempatkan sampah sebagaimana harus ditempatkan. (Teten Rustendi)”

Jumat, 06 April 2018

NADI


NADI

Pemeriksaan nadi dapat berupa tekanan nadi, frekeunsi dan irama. Tekanan dapat kita pisahkan dengan tekanan yang halus, normal dan kuat. Secara frekeunsi ditemukan dibawah normal/bradikardi, normal dan diatas normal/tachycardia. Peningkatan nadi dapat terjadi karena ada perubahan secara fisiologis tubuh namun dalam batas normal.
Apa saja yang mempengaruhi denyut nadi?
  • Usia. Denyut nadi normal pada anak-anak cenderung lebih tinggi daripada orang dewasa.
  • Suhu udara. Ketika suhu dan kelembapan udara tinggi, jantung memompa lebih banyak darah. Akibatnya, denyut nadi juga akan meningkat sekitar 5-10 kali per menit.
  • Posisi tubuh. Denyut nadi ketika kita sedang tiduran, duduk, atau berdiri, sama saja. Terkadang ketika sedang duduk/berbaring kemudian berdiri, denyut nadi dapat naik sedikit selama 15-20 detik. Namun, setelah beberapa menit, denyut nadi akan tetap.
  • Emosi dapat meningkatkan denyut nadi, terutama jika sedang stres, cemas, luar biasa senang, atau sedih.
  • Ukuran tubuh. Penderita obesitas kemungkinan memiliki denyut nadi yang lebih tinggi, tetapi biasanya tidak lebih dari 100.
  • Mengunakan obat. Obat-obatan yang memblokir hormon adrenalin cenderung memperlambat denyut nadi. Sedangkan terlalu banyak mengonsumsi obat tiroid akan menaikkan denyut
TEMPAT PENGUKURAN DENYUT NADI
Denyut nadi dapat diperiksa dengan melakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari di beberapa tempat. Tempat pengukuran nadi yaitu :
·         Pada aspek ventral dari pergelangan tangan pada sisi ibu (radial arteri), dan kurang umum ulnar arteri kemerah-merahan pada sisi yang lebih mendalam dan sulit untuk meraba.
·         Leher (pembuluh nadi kepala)
·         Bagian dalam siku, atau di bawah otot bisep (arteri brachial)
·         Kunci paha
·         Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibial arteri)
·         Tengah dorsum dari kaki (dorsalis pedis).
·         Di belakang lutut (popliteal arteri)
·         Diatas Perut (Abdominal aorta)
·         Dada (aorta). Hal ini dapat dirasakan dengan satu tangan atau jari tetapi mungkin untuk auscultate jantung dengan menggunakan stetoskop.

NILAI NORMAL NADI
            Nilai normal nadi disesuaikan dengan usia pasien yang kita periksa.
           
Usia
Nilai Normal (x/menit)
Pada bayi baru lahir
140
Selama tahun pertama
120
Selama tahun kedua
110
Pada umur 5 tahun
96-100
Pada umur 10 tahun
80-90
Pada orang dewasa
60-80

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN NADI
·         Dibawah normal
ü  Ketidakefektfan perfusi jaringan perifer
ü  Penurunan curah jantung
·         Perubahan
ü  Nyeri persalinan
ü  Ketakutan
ü  Nyeri akut
·         Diatas normal
ü  Kekurangan volume cairan
ü  Gangguan pertukaran gas
ü  Hipertermia
ü  Disintegrasi perilaku bayi
ü  Hipotermia
ü  Ketidakefektifan termoregulasi
ü  Gangguan ventilasi spontan
ü  Disrefleksia autonomic
ü  Disfungsi respons pennyampihan ventilator