Kebutuhan Dasar Eliminasi Urin
Kebutuhan
miksi atau eliminasi urin melibatkan organ-organ sistem perkemihan. Dimulai
dari ginjal, uereter, vesika urinaria dan uretra. Berfungsi mengeluarkan sisa metabolism dari
sel tubuh. Dalam proses pembentukan urin zat zat yang dibutuhkan tubuh akan
diserap kembali seperti glukosa dan protein. Sehingga zat zat tersebut tidak
ditemukan dalam urin. Jika terdapat dalam urin maka indikasi adanya kerusakan
dalam fungsi organ perkemihan. Proses pembentukan urin dimulai dari filtrasi,
reabsorbsi dan augmentasi (pengumpulan).
Sembilan
factor yang mempengaruhi proses eliminasi yaitu :
1. Asupan
cairan
Banyak atau sedikitnya
intake cairan yang dikonsumsi akan mempengaruhi banyak atau sedikitnya urin
yang dihasilkan yang dapat juga merubah pola berkemih pasien.
2. Pertumbuhan
dan perkembangan
Urin yang dihasilkan
anak kecil akan berbeda dengan yang dihasilkan oleh orang dewasa. Hal ini
berkaitan dengan berat badan seseorang. Makin berat dari berat badan pasien,
makin banyak urin yang dihasilkan. Berbeda dengan lansia yang mengalami
peningkatan frekeunsi dan adanya residu dikandung kemih
3. Kebiasaan
dan gaya hidup
Kebiasaan dimana
seseorang buang air kecil mempengaruhi pola pasien untuk buang air kecil.
Contoh orang yang biasa buang air kecil di toilet bersih mereka tidak mau jika
toleitenya kotor, atau yang biasa pake closet jongkok akan merasa tidak nyaman
jika harus bak di closet duduk, dan lain sebagainya
4. Stress
spikologis
Stress
dapat menyebabkan proses miksi meningkat, hal ini dikarenakan peningkatan
sensitivitas untuk berkemih.
5. Kekuatan
otot
Pada proses eliminasi
melibatkan otot otot yaitu otot abdomen, otot kandung kemih dan otot pelvis.
Fungsi ketiganya normal maka proses untuk eliminasi juga normal. Jika terdapat
salah satunya gangguan dapat menyebabkan retensio atau inkontinensia. Kekuatan
otot makin baik jika olahraga atau aktivitas secara teratur.
6. Medikasi
Obat obatan tertentu
dapat meningkatkan pengeluaran urin, seperti obat obatan diuretic dan obat
obatan sejenisnya
7. Kondisi
sakit
Kondisi penyakit
tertentu dapat merubah frekuensi miksi bisa meningkatkan atau mengurangi,
contoh pada pasien demam frekuensi miksi berkurang karena pasienya banyak
kehilangan cairan melalui penguapan, sementara penyakit diabetes mellitus dapat
meningkatkan frekuensi buang air kecil
8. Pembedahan
Efek anastesi dapat menyebabkan
retensin urin khususnya pasien pasien dengan dilakukan spinal anastesi
9. Pemeriksaan
diagnostic
Pemeriksaan diagonstik seperti BNO
IVP mengurangi intake cairan karena diperlukan persiapan puasa, sehingga intake
berkurang.
Secara
umum gangguan elminasi urin dibagi dua yaitu inkontinensia dan retensio urin. Inkontinensia
yaitu suatu kondisi pasien tidak dapat mengontrol buang air kecil. Retensio urin
yaitu sutau kondisi dimana pasien tidak mampu mengeluarkan urin karena
tertahan.
Inkonteinensia
urin dapat dibedakan menjadi :
1. Inkontinensia
fungsional
2. Inkontinensia
reflex
3. Inkontinensia
stress
4. Inkontinensia
urgensi
5. Inkontinensia
total
“Dua hal yang dihasilkan dalam
suatu proses yaitu manfaat dan akibat.( Teten Rustendi)”